Peluk
kepedihanmu dengan suka cita, sembuhkan lukamu dengan cinta.
Kata orang, luka yang paling menyakitkan adalah luka yang tidak terlihat, yang katanya sakit tapi tidak berdarah. Luka yang tidak terlihat secara fisik, tapi memberikan efek terhadap mental dan emosional. Luka yang membuatmu merasa sendiri, kesepian bahkan dalam keramaian, membuatmu merasa tidak layak hidup di dunia ini. Sakit yang bahkan kamu tidak tahu cara menyembuhkannya, kecuali dengan membenci sesuatu atau seseorang yang menyebabkan luka itu. Bahkan membenci dunia yang bersikap tidak adil padamu. Kebencian itu seperti virus yang semakin lama semakin menyebar yang justru semakin menambah sakitnya lukamu. Tiap detik seperti ribuan jarum menusuk-nusuk hati.
Luka-luka
batinmu membuatmu kehilangan harapan, membuat harimu terasa lama, waktu
berjalan sangat pelan. Saat malam datang, berharap malam akan panjang
supaya kamu bisa tidur lebih lama. Karena saat tidur, kamu terlepas dari segala
beban hidup dan kenyataan pahit. Kamu
tidak harus menghadapi kenyataaan yang kadang tidak sesuai harapanmu.
Kamu
terus bertanya, “Tuhan, kenapa ini harus terjadi padaku?”. Namun semakin kamu
berusaha mencari jawabannya, semakin kamu tidak tahu jawabnya.
Setiap orang punya luka, sedalam dan sepedih apa lukanya, kita tidak pernah tahu. Besar atau kecil hanya orang itu yang merasakan. Sepedih-pedihnya (sesakit-sakitnya) luka adalah luka yang ditorehkan oleh orang terdekat kita. Ayah, ibu, kakek, nenek, om, tante, kakak, adik, suami, istri, mertua, menantu, anak. Orang yang kita percayai dapat melindungi dan menyayangi kita tapi berbuat sebaliknya. Ketika orang-orang yang seharusnya mencintaimu, menyayangimu, menerimamu apa adanya, merangkulmu saat terluka, menyemangatimu saat terpuruk justru mereka menyakitimu, mengkritikmu berlebihan, memaksamu untuk menjadi versi dirinya yang tidak mampu ia capai.
Seseorang yang menyakitimu adalah orang yang
hatinya pun terluka, dan menyimpan lara yang semakin lama semakin membesar,
hingga tidak mampu menahannya. Meledak, pada orang yang ada didekatnys. Mereka
memilih untuk melukai orang lain sebagai bentuk pembalasan atas rasa sakit yang
mereka dapatkan dan rasakan. Orang lain juga harus merasakannya. Mereka tidak
menyadari bahwa dengan melukai orang lain hanya memperburuk keadaan mereka.
Mereka juga tidak tahu caranya mencintai karena mereka tidak pernah merasakan
dicintai. Luka itu berubah menjadi sebuah trauma masa lalu, luka inner child,
depresi.
Sekecil
apa pun luka batin itu, jika tidak diobati tidak akan sembuh, malah bisa
menjadi makin besar. Pilihan ada ditanganmu apakah kamu akan hidup dengan mengabaikan luka itu, atau kamu ingin
hidup dengan menyembuhkan lukamu. Mungkin tidak akan bisa kembali sembuh
seperti sebelumnya tapi setidaknya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Proses
penyembuhan yang cukup lama, melelahkan dan memerlukan biaya yang tidak
sedikit. Berbagai macam cara yang harus
kamu lakukan untuk mengurangi sakitnya batinmu. Kamu akan melewati masa saat
kamu merasa bahwa semua itu sia-sia. Lukamu tidak akan benar-benar sembuh. Kamu
harus hidup berdamai dengan luka itu.
Kita
tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita masih bisa mengubah masa depan.
Inginnya melupakan masa lalu, tapi masa lalu datang lagi dan lagi dalam bentuk rasa
sedih, marah, kesal dan kecewa. Mungkin peristiwa itu tidak muncul begitu
jelas, sama-samar, tapi perasaan yang muncul masih sama seperti dulu, saat
peristiwa itu terjadi. Tak terhitung malam-malam saat terbangun karena mimpi
buruk, bayangan rekaman kejadian masa lalu yang terus menerus berputar.
Berharap jika semua itu tidak pernah terjadi padamu. Tak terhitung hari-hari
penuh air mata yang kamu jalani. Rasa sepi, sendiri, rasa sedih, marah, kesal,
rasa tidak adil menjadi satu mencabik-cabik perasaanmu. Peristiwa buruk yang
pernah kamu alami tidaklah mudah untuk dilupakan, peristiwa itu akan muncul kembali
saat kamu mendengar lagu sebuah lagu, saat melihat peristiwa lain yang hampir
sama, saat hujan, saat melihat langit, saat menjelang tidur, saat sendiri. Detik demi detik seperti sebuah siksaan yang tak berujung. Sungguh sangat menguras energi dan emosi. Meskipun kamu sudah menerimanya dan
berusaha ikhlas, tapi ada saatnya kamu mengingat peristiwa itu kembali dan
merasakan kesedihan kembali.
Menerima
Sungguh tidak mudah tapi memilih untuk menerima, berdamai dan ikhlas memaafkan
adalah obat paling mujarab untuk menyembuhkan luka batinmu. Kamu akan mempunyai pandangan lain yang lebih
baik tentang luka, kamu memilih untuk tidak menurunkan luka-luka ini pada
orang-orang di sekitarmu.
Orang
lain tidak akan tahu seberapa keras kamu sedang berjuang untuk mengobati luka
batinmu. Disaat yang sama kamu dituntut untuk melakukan peranmu dalam kehidupan
sehari-hari. Dimana tidak boleh menunjukkan perasaan sedih atau marah. Harus
menahan air mata. Harus tersenyum saat ingin menangis, harus tertawa saat ingin
marah. Dan semua itu tidak mudah. Selamat jika kamu masih mampu berdiri saat
ingin sekali lari dari kenyataan yang tidak indah. Ketahuilah Ketika Allah
memberimu ujian, ALLAH juga memberikanmu kekuatan untuk menjalani ujian itu.
Kamu hanya perlu mengeluarkan kekuatan itu. Ketika kamu mampu melewati ujian
itu, kamu tahu betapa kuatnya dirimu. Kamu mendapatkan mutiara hikmah dari apa
yang sudah kamu lalui.